Rabu, 12 Februari 2020

Dhurung Menjadi Ciri Khas Bawean

Dhurung Menjadi Ciri Khas Bawean

    Salah satu khasanah budaya yang ada di pulau ialah masih dapat ditemuinya rumah tradisional khas Bawean. Hampir setiap rumah yang ada di Kecamatan Sangkapura dan Tambak terdapat dhurung dengan berbagai bentuk dan ukuran yang beranika ragam yang berada didepan rumah masing - masing.

    Keunikan rumah tradisional Bawean ditandai dengan adanya dhurung di depan atau samping rumahnya. Dhurung sendiri merupakan balai kecil berukuran kira - kira 2×3 meter dan merupakan bangunan terpisah dari bangunan rumah utama. Fungsinya yaitu untuk menerima tamu yang sifatnya nonformal atau sekedar duduk-duduk santai dan beristirahat. Kegiatan ini biasanya diisi setelah pulang bekerja serta mengobrol dengan tetangga dan kerabat sebagai sarana sosialisasi antar warga. Selain berfungsi sebagai tempat beristirahat, dhurung juga difungsikan sebagai lumbung padi.  Hasil panen berupa padi biasanya diletakan pada bagian atasnya. Jika dilihat sekilas, dhurung ini mirip gazebo pada rumah moderen pada saat ini.

    Konon nama dhurung diambil dari bahasa jawa yang berarti belum. Nama ini diambil ketika ada tamu yang berkunjung akan tetapi suami dari tuan rumah belum datang. Sesuai syariat islam, istri tidak boleh menerima tamu ketika suami tidak rumah. Maka dibuatlah tempat tunggu yang disebut Dhurung.

    Pada awalnya bagian rangka dan papan dudukan terbuat dari kayu sedangkan atapnya terbuat dari rumbia yang dalam bahasa bawean disebut dheun. seiring dengan perkembangan zaman sekarang atapnya terbuat dari genteng, asbes maupun seng. Kayu yang digunakan biasanya kayu jati atau kayu lokal yang ada di pulau Bawean. Bagian yang cukup menarik dari dhurung adalah pada ukiran di beberapa bagian misalnya: tiang serta adanya jhelepang. jhelepang yaitu semacam jebakan atau penghambat tikus, sehingga padi yang disimpan diatas dhurung dapat terlindungi.
    Meskipun dhurung pada rumah tradisional Bawean sudah tidak banyak lagi, namun keberadaan dhurung masih dapat ditemui pada rumah-rumah di pulau Bawean. Dengan sedikit pergeseran baik dari segi fungsi maupun material yang dipakai. Sekarang ini sebagian besar dhurung sudah tidak dilengkapi lumbung padi di bagian atasnya hanya berfungsi sebagai tempat duduk dan istirahat saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar